Posts

Showing posts from 2012

Cerita Istana

Pagi ini di bawah kilauan mentari Yakin melangkah sekuat hati Kompeten, profesional, dan kontributif Itu melekat di diri              Sebait kalimat itu yang sering terngiang di pikiranku. Entah kenapa, tapi rasanya sesuatu banget kalau kalimat-kalimat itu mengalun bersama nada yang dapat dikatakan tidak sumbang. Mungkin aku gila, atau mungkin aku kerasukan sesuatu. Ini semua tentang LSiS, semua hal yang membuatku mengerti arti dari “sahabat” dan “keluarga”.             Maniak atau fanatik, entah apapun itu. Dapat juga dikatakan pengorbanan, jika kata itu pantas. Semua dimulai dari sebuah bangunan kecil itu. Sederhana namun bersahaja. Biasa disebut “sekre” atau istana bagi kami yang perlu peneduh. Tiap sudut yang dahulu munculkan kenangan untuk masa kini. Di meja paling selatan itu, tepatnya di bagian raknya. Entah berapa puluh atau berapa ratus makalah karya tulis hasil para laskar istana tersebut. Di rak buku utara, jajaran jendela dunia menatap para penghuni istana. Me

LSiS in Memorial

Bismillah.....            Satu hari berlalu, setelah secara resmi kepengurusan LSiS 2012 dinyatakan berakhir dan terpilih Presiden LSiS 2013. Masih tak bisa hilang dari ingatan saya,  Ika Rosiana , tentang semua cerita kebersamaan kita dalam satu naungan atap bernama keluarga Lingkar Studi Sains.            Ada banyak hal yang hingga kini masih mengganjal di diri saya, masih banyak janji yang belum saya tepati, banyak hutang yang belum terbayarkan, dan banyak kewajiban yang belum saya selesaikan dengan baik. Salah satunya ucapan maaf dan terima kasih yang mendalam teruntuk teman-teman seperjuangan LSiSer's yang mungkin tak dapat saya ucapkan satu per satu.            Pertama untuk  Ika Bonita Mardiyani  ( @bonitamardiika ) , orang yang paling sigap, kuat, tegas, lembut hatinya, tak pernah bisa menyakiti orang lain, pejuang yang gigih, dan sahabat perjuangan yang selalu ada di sampingku. Makasih banyak Kabo, untuk semangat, inspirasi, motivator, dan menjadi sanda

Tak Sekedar Melihat

            Daun itu hijau,  zebra cross  itu putih, dan air itu tak berwarna. Bagaimana kita tahu itu? Jawabnya satu, yaitu dengan melihat. Melihat dengan mata tak perlu bimbingan orang tua, berbeda dengan berjalan maupun berbicara. Dari bangun di pagi hari hingga tidur lagi di malam hari, melihat terkadang membawa dampak yang sangat dalam kepada hidup kita.            Bagi anak-anak, melihat adalah awal dari apa yang mereka lakukan,  children see children do.  Tentu kita sendiri merasakan itu. Dulu ketika masa kanak-kanak kita sering meniru apa yang orang lain lakukan, terutama orang tua kita. Kita juga belajar mengenal lingkungan. Itu semua diawali dengan melihat. Kini para pemuda bergerak membangun bangsa juga diawali dengan melihat. Melihat keadaan negeri yang kelewat parah. Parah karena beberapa pejabat tak lagi bisa melihat.              Di lain hal, melihat tak sama dengan mengamati. Titik perbedaannya ada pada seberapa banyak kita dapat mengambil informasi dari sebuah

Nyaman Itu Kalau Sudah Biasa

                           “Aku nggak nyaman kalau di sana”, “Kayaknya gue nggak cocok dech sama tempat kita ini”, “Aku pilih di sini aja ah, orangnya asyik-asyik”. Pernah dengar kalimat seperti itu, atau minimal intinya sama, keluar dari mulut teman kita maupun orang yang kita kenal? Ya, pasti sebagian dari kita akan bilang “pernah”. Terus apa maksudnya? Apa hubungannya kalimat-kalimat itu dengan judul artikel ini? Ini sangat tidak penting, jika kamu adalah tukang menyerah.                           Nyaman adalah sebuah kata sifat atau keterangan yang berarti perasaan tenang atau cocok dengan suatu keadaan atau lingkungan. Perasaan ini memang tidak bisa dipaksakan. Tidak seperti anak kecil yang bisa dipaksa untuk makan sayuran. Juga tidak seperti kentut yang bisa ditahan untuk tak keluar ketika sedang presentasi di depan publik. Apapun analoginya, nyaman bukan sesuatu yang abadi, bukan sesuatu yang dapat diciptakan, bukan juga sesuatu yang dapat dimusnahkan.                  

Pers “Membentuk” Realita?

Kita semua memahami makna dari pers bagi kehidupan masyarakat yang demokratis. Dalam masyarakat demokrasi, pers berperan sebagai ‘ public watch dog ’ yang mengawasi jalannya penggunaan kekuasaan oleh lembaga-lembaga negara. Namun kita bisa melihat dengan jelas adanya satu pertanyaan sederhana yang muncul, ‘jika pers mengawasi lembaga-lembaga negara, lantas siapa yang mengawasi pers?’ Pertanyaan ini mungkin terdengar agak konyol bagi sebagian orang, namaun bagaimanapun juga itu adalah pertanyaan yang sangat masuk akal. Meski tidak secara langsung memerintah suatu negara, pers memiliki kemampuan yang luar biasa besar dalam membentuk pendapat publik. Ada sebuah contoh sederhana bagaimana pers membentuk opini masyarakat. Contoh paling sederhana, misalnya saja saat kita ditanya, jika ada dua rumah yang berbeda, di salah satu rumah ada kolam renang dan di rumah yang lain ada sepucuk senjata api, kira-kira ke rumah yang mana orang tua akan lebih banyak melarang anaknya pergi? Jawaban ya

Dunia Jurnalistik Sebagai Pelengkap Trias Politica dan Sebagai Media Aspirasi Bangsa

Kata-kata Trias Politica pertama kali digagas oleh ahli filosofi Perancis JJ. Reasau. Kata-kata yang mengandung unsur politik sebuah negara yaitu Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif ini di pakai oleh banyak  negara-negara di dunia, sebut saja negara kita Indonesia. Negara yang jumlah penduduknya banyak dan negaranya luas. Namun ada satu yang kini mempunyai peran penting bagi dunia, khusunya Indonesia yaitu dunia Jurnalistik. Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb, namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televis

Selamat Datang di Era Informasi

Information is a power. Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan sehari-hari saat ini tidak terlepas dari informasi. Informasi menjadi hal yang begitu berarti. Permasalahan pada seseorang datang dari apa yang dia ketahui dengan apa yang tidak dia ketahui. Mereka yang mengetahui lebih banyak informasi akan mendapatkan keuntungan tersendiri. Bahkan, ada pendapat bahwa siapa yang dapat menguasai informasi, dia akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil. Ya, sekarang ini sudah bukan saatnya lagi  hanya berangan-angan  dapat memiliki kantong ajaib ketika kita ingin ini, ingin itu, banyak sekali. Pada kenyatannya ada senjata yang lebih ampuh yang harus kita miliki untuk dapat menggenggam dunia. Selamat datang di era informasi. Mendengar kata informasi, akan ada banyak hal yang dapat kita hubungkan. Berita, jurnalistik, dan media adalah tiga hal yang berhubungan sangat erat dengan kata informasi disamping hal-hal yang lain. Kegiatan jurnalistik menghasilkan berita yang dipublikasi

Sinopsis Diri

            Beberapa hari yang lalu, ketika itu sore hari. Di panas yang cukup terik aku arahkan kendaraanku ke sebuah toko buku besar di kota Jogja ini. Dengan segera langkah ini membawaku ke lantai atas di mana ratusan bahkan ribuan buku berjajar di sana. Mereka hanya diam di antara kebisingan orang-orang, atau aku yang tak mendengar celotehan mereka. Entahlah.              Sejauh mata memandang yang nampak hanya rak-rak berhias aneka ragam buku. Buku anak, buku kecil, buku besar, buku novel, hingga buku yang aku pikir kurang penting pun ada di sana. Rak buku pertama. Aku tak melihat yang menarik. Begitu juga orang di depanku ini. Rak buku kedua, masih sama. Aku hanya selintas membaca sinopsis sebuah buku yang tertulis di sampul belakangnya. Kurang menarik pikirku. Tak beda, orang di depanku juga menaruh kembali buku yang diambil.          Tak terasa puluhan menit berlalu ketika keasyikan berburu buku terus berlanjut. Berbagai macam sinopsis buku yang tercetak di sampul pamungk

Berpikir Nyata Melalui Dunia Maya

Siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk online, online, online, online. Jari dan keyboard beradu, pasang earphone dengar lagu, aku online, online, online, online (Online-Saykoji) Sepenggal lirik lagu di atas merupakan cerminan nyata masyarakat dewasa ini. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa perkembangan teknologi era modern, terutama internet, telah mengubah arus dan gaya komunikasi. Dahulu saat internet masih merupakan barang mahal, face to face secara langsung adalah cara komunikasi yang sangat lumrah di tengah masyarakat. Namun kini sejak kemajuan era cyber , gaya komunikasi masih bertahan dengan face to face , hanya bedanya terdapat sekat di antara face yaitu dunia maya. Seperti yang diucapkan orang-orang, “internet mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat” . Secara nyata, dapat dilihat banyak orang berkomunikasi lewat jendela chat padahal tempat duduk mereka terpisah tak lebih dari satu meter.              Perubahan tak hanya terjadi pada gaya komunikasi, namun in

Mata Elang

Aku masih ingat ketika kau menjabat tanganku untuk pertama kalinya. Kau jabat tanganku dengan erat kemudian kau sebutkan namamu. Kubalas jabatan itu dan kusebutkan pula namaku. Lalu kita saling tersenyum menggambarkan betapa indahnya perkenalan itu. Yang kurasa saat itu adalah kau yang begitu yakin dalam setiap sikapmu, kau yang tegas, dan kau yang begitu ramah. Matamu yang tajam mengisyaratkan betapa kau sangat disegani teman-temanmu. Mata elangmu itu yang buatku terkesima. Mata elangmu itu yang buatku yakin akan setiap keputusanmu. Hari-hari yang pernah kita lalui bersama. Hari-hari di mana kita tak sepaham. Semua itu adalah kenangan kita yang sangat berharga. Novel-novel tebal karya J.K. Rowling pun tak sanggup mengalahkan tebalnya buku untuk menulis jutaan kenangan kita. Masih kuingat ketika kau memberiku hadiah topi warna biru itu. Kau bilang agar rambutku tak mudah berketombe lagi. Tapi nyatanya tetap saja itu tak berpengaruh. Dengan tersenyum kau berkata kepadaku bahwa ketombe a

Pemuda Galau Penggerak Pembaharuan

              Galau, sebuah kata yang sering menjadi trending topic di berbagai jejaring sosial. Sebuah kata ganti yang kini booming di kalangan anak muda. Galau pada dasarnya bermakna khawatir atau rasa tidak tenang. Namun seiring berubahnya pergaulan, galau sering diartikan sebagai keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan. You know and can feel it, galau......          Apa galau hanya dirasakan anak muda jaman sekarang? I don’t think like that. Banyak para pengubah bangsa yang memulai pergerakannya dari rasa galau. Dapat diambil contoh Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno. Beliau pada masa muda dulu terserang rasa galau karena melihat betapa sengsaranya rakyat Indonesia. Pak Karno muda galau dan tergerak untuk berjuang membela bangsanya. Gebrakannya menumpas kolonial telah diakui dunia sebagai perjuangan heroik, perjuangan dari seorang pemuda galau.              Tak ketinggalan teman seperjuangan Pak Karno, Bung Hatta, yang tetap teguh membela Merah Putih hingga tetes d

Balada ex-Member Junsai : Tira Punya Cerita

Assalammu'alaikum wr wb :D Halo semuaaa.... Perkenalkan (buat yang belum kenal aja), nama saya Estira Woro Astrini. Biasanya dipanggil Tira (normalnya) alias BuTir (oleh teman sekelas) alias Jeng Tir (oleh teman sekelas) alias Mbak Iya (oleh meine brader, mutter, und vater) alias Tante (oleh Peppy) alias Tirut (oleh seseorang di masa SMA ku #halahh). Asalnya dari Duri Riau (rumahnya), tapi aslinya blasteran Temanggung (Bapak) + Majalengka (Ibuk). Sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di Jurusan Matematika program studi Statistika angkatan 2009 (doakan cepet lulus yaaa). Oke,, tanpa memperpanjang muqadimmah, langsung saja ya... Dulu itu, masuk LSiS....kenapa ya? (berpikir keras) Oya, pengen ikut2an riset gituu. Awalnya kan ikut SIC 1 dlu itu. Pemandunya itu mbak Risma yang cantik dan baiiiiik hati (I miss u mb'). Trus waktu milih2 departemen, mana ada memiilih Junsai, waktu itu ingetnya milih riset bro. Lha, jebol e malah Junsai. Lalu, kenyataan pahit itu kuterima dengan

Kacamata Kaca

"Sebuah persepsi tentang kehidupan dari kacamata seorang tunanetra" Di sebuah rumah yang terletak di pinggiran kota Jakarta. Rumah itu sepertinya tidak pantas untuk dikategorikan sebagai sebuah rumah. Dengan ukuran tiga kali tiga meter, rumah itu hanya mempunyai sebuah ruangan saja. Dengan hanya satu lampu pijar sebagai penerangnya dikala malam. Di rumah itu, seorang wanita separuh baya hidup bersama ayahnya yang sudah tua renta. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang sedikit bergelombang. Wajahnya lumayan cantik jika sedikit dirias. Kemiskinan membuatnya harus hidup dalam serba kekurangan, sehingga tubuhnya yang tinggi semampai terlihat kurus. Bajunya terlihat kumal, sepertinya sudah berminggu-minggu tidak pernah dicuci. Namun, wanita itu sepertinya tidak begitu peduli dengan hal itu. Semuanya ia terima dengan sepenuh hati, tanpa penyesalan sedikit pun.  "Kaca, sini nak.", Pak Tua memanggil wanita itu. Ternyata nama wanita itu adalah Kaca. "Iya, Pak.