Posts

Showing posts from November, 2016

Puisi Lomba LSiS Medialis

Secuil Memori Untuknya Yang Jauh (Feni Risma Mei Diana) Teruntuk bagimu Yang dulu senyumnya selalu menyapa di pagi hari Menjadi praduga tarik ulurnya hati Teruntuk bagimu Yang jiwanya pernah kudamba Apa kabar kau disana Seorang yang membeku pada hidupnya sendiri Yang pernah mencairkan kesunyian di ufuk timur dulu Bukankah senyummu telah mengantarkan sebuah pengharapan yang sendu Harapan yang telah menghiruk-pikukkan hati Wahai gerangan disana Aku tak pernah memiliki kuasa untuk turut campur dalam hidupmu yang penuh teka teki Menghias diri dengan usikan perasaan bersalah Yang aku pun tak tahu apakah itu skenario semu Ataukah sebuah isyarat nyata Barangkali memori sudah tak lagi pekat Mungkin sekarang kau berpikir dalam dimensi yang berbeda Perihal kisah yang pernah kau luangkan bersama Selayaknya dua jiwa dengan sabda penuh rona Yang saling berbagi dan punya cara sendiri Aku dan kau pun mungkin paham akan betapa sakitnya pengabaian

Puisi Lomba LSiS medialis

Apalah Aku? (Muh. Kasim Ashardin) Ho Ho ... Ini dimana ? Kau terlihat menawan dimana-mana Tumpah ruah penuntut ilmu mengejarmu Entahlah, mengapa engkau memilihku? Apalah aku? Apa yang engkau lihat dariku? Aku hanya butiran debu diantara ribuan meteorid Yang artinya. Ah, sudahlah.. Akupun tak tahu Perlahan-lahan Aku mengenalmu Perlahan bukan berarti lambat Bukan pula berarti lesu atau tidak bersemangat Awalnya aku berpikir engkau kembar Kembar berarti menyatu,kan? Ya, inisial namamu terpampang jelas Akan dirimu yang utuh M dan IPA Inisial nama yang indah Membuat para penuntut ilmu mengejarmu Ternyata aku salah ! Kau adalah engkau Dan engkau adalah satu Terima kasih telah memilihku Aku harap kamu betah bersamaku Inilah awal perjalananku bersamamu Kisah kasih kita dimulai Ku harap hubungan kita ini Dapat membuat Ibu pertiwi tersenyum Dan membuatnya bangga akan kita Ingat! Ho Ho... Apalah Aku? Kehormatan bagiku da

Puisi Lomba LSiS medialis

Esok Di Selasar (Rudi Sarwiyana) Ku nanti hari berganti Berseri menapaki sebuah janji Engkau aku berjalan bergandengan Menjalani mimpi bukan hayalan Di tengah gurau keramaian Engkau aku tak mengerti Esok kan jadi mengapa Hanya tanya aku rasa Apa kita memang sama Memendam bahagia dalam asa cita Huhhh… tak ku sangka Yang setahuan kini sehari saja Menunggu tiba hawa buah asa Panik yang menggelitik Cemas yang tak puas Kini aku tinggalkan imaji Aku tinggalkan mimpi Aku dekap erat janji Esok hari yang menanti Di selasar kita kan menepi

Puisi Lomba LSiS Medialis

Hujan Sore di Selasar Gedung C (Syifa Fauzia H.P.) Angin menepis mata saat hujan menjebakku mengkawal sore di selasar Gedung C Ketika saat itu kurasa keadaan detik ini adalah pertanyaan retorika Aku ingat setiap milisekon dan aku ingat botol minum biru yang menempel di tas kirimu Duduk di ujung menatap hujan atau sekadar bercengkerama dengan para kolegamu Konsolidasi perasaan, mataku terbius angin sore  mengintervensi penglihatan untuk fokus pada korsa hitammu Seketika otak mematikan saklar lampu melupakan semua aturan Chauvenet atau Deret Taylor Ketika fokus kamera jatuh pada kamu yang tiba-tiba saja terkikih manis di ujung koridor Dan seketika kesejukan udara hujan menusuk sampai sanubari, kamukah hujanku? Lalu saat itu lampu Gedung C menyala, senyummu semakin terasa Hujan berhenti atau kamu tetap duduk menatapnya, kata logika matematika Namun rintikan berhenti saat kolegamu mengajak untuk beranjak meninggalkan kursi hitam Saklar otak kembali meny