Orang Indonesia Kecanduan Internet

    Semakin luasnya jangkauan pengembangan terhadap teknologi informasi dan komunikasi mendorong sebagian besar orang berlomba – lomba untuk menguasai teknologi. Masyarakat seolah – olah matirasa dan digolongkan sebagai manusia paleolitikh apabila tidak berhubungan dengan hal yang satu ini. Berbagai macam keahlian tambahan yang dianggap penting untuk menunjang kemampuan penguasaan terhadap teknologi seperti kemampuan berbahasa asing hingga bahasa mesin pun dipelajari untuk memaksimalkan penguasaan teknologi.  Sebab pada hakikatnya, keberadaan teknologi adalah untuk meningkatkan efisiensi pertukaran data & informasi diberbagai bidang kehidupan. Internet sebagai pencapaian tertinggi teknologi abad ini menyediakan cabang informasi yang bermanfaat untuk meraih efisiensi pada semua bidang kehidupan, baik dari sisi pendidikan, kesehatan, moral, agama, sosial, perdagangan, perkantoran, ekonomi, bisnis, dan lain sebagainya.

     Hasil survey MarkPlus Insight dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 61.08 juta orang pada tahun 2012 dengan pencapaian yang meningkat tiap tahunnya, dimana diperkirakan akan memasuki angka 80.3 juta pengguna untuk tahun ini. 40% dari pengguna internet di Indonesia mengakses Internet lebih dari 3 jam setiap harinya, sedangkan 95% dari pengguna internet mengakses Internet dari notebook, netbook, tablet dan perangkat seluler lainnya.
Menkominfo sendiri pada salah satu sesi wawancaranya bersama salah satu media publikasi pernah menyebutkan bahwa ada sekitar 62.9 juta pengguna internet aktif yang beroperasi tiap tahunnya, dimana 66, 7 persen dari pengguna tersebut merupakan pengakses jejaring sosial. Lalu, apakah peningkatan ini akan membawa dampak yang baik?

      Pada penciptaannya, teknologi ditujukan untuk membawa dampak yang baik bagi keberlangsungan hidup manusia. Dimana dengan adanya teknologi, manusia bisa meningkatkan efisiensi dalam menjalani aktivitasnya sehingga beberapa hal yang awalnya terasa rumit dan tidak mugkin terlaksana karena menghabiskan terlalu banyak waktu dapat terselesaikan dengan mudah. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi apabila sampai saat ini peralatan seperti mikroskop belum ditemukan, mungkinkah dunia kedokteran kita dapat mengetahui keberadaan virus dan bakteri yang menjadi biang berbagai macam penyakit dan menciptakan antidotnya? Apakah yang akan terjadi apabila pada peradaban kita saat ini belum ditemukan media komunikasi seperti telepon, posel, internet, maupun media komunikasi lain yang berbasis teknologi, apakah mungkin bagi kita untuk bisa mengetahui kondisi sanak saudara kita yang keberadaannya jauh melintasi laut dan samudera? Dan apakah kita bisa belajar untuk mengimbangi kemajuan peradaban yang telah dicapai masyarakat di belahan dunia lain sebelum ditemukannya teknologi? Jawabannya tentu tidak. Semua pengembangan yang mampu dilakukan manusia sampai saat ini adalah atas jasa teknologi. Oleh karena itu, berbaik – baiklah terhadap keberadaan teknologi. Sudah sepantasnya penggunaan teknologi dilakukan & diselaraskan dengan tujuan awalnya agar memperoleh dampak yang baik pula bagi kita maupun peradaban ini.

     Untuk orang Indonesia sendiri seperti yang telah disebutkan diatas, terdapat sekitar 67 % dari 95 % masyarakat Indonesia pengguna internet yang mengakses internet untuk media sosial. Media sosial memang merupakan daya tarik utama dalam keberadaan internet. Sebagian besar orang rela menghabiskan berjam – jam waktunya dalam sehari hanya untuk mengakses berbagai macam situs media sosial untuk bercengkrama dengan pengguna yang sedang berada di tempat yang berbeda. Lalu, Jika telah sampai pada titik ini, apakah internet masih merupakan hal yang baik? Memang, pada dasarnya, keberadaan media sosial adalah untuk memperluas kemampuan sosialisasi seseorang dalam pergaulannya. Media ini juga memfasilitasi penggunanya agar dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan berbagai macam orang yang berada dari tempat yang nun jauh disana. Namun, akan menjadi konteks lain apabila sebagian besar waktu dihabiskan hanya untuk mengakses situs ini. Bagaimanapun, dunia maya tetaplah dunia maya, seberapapun kita mengenali seseorang melalui situs ini tidak akan merubah kenyataan bahwa kita belum benar – benar mengenali siapa teman dari dunia maya kita ataupun mengetahui keadaan sanak saudara kita yang sebenar - benarnya.

     Fakta membuktikan bahwa sebagian besar orang terutama remaja gemar mengakses situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, google +, dan media jejaring sosial lainnya. Para pengguna kaum ini mengalami kecanduan akut dimana sudah menjadi suatu kewajiban bagi mereka untuk mengakses situs – situs ini hampir tiap satu jam beraktivitas. Sembari mengerjakan tugas, sudah merupakan hal yang umum bahwa para pelajar akan mengakses situs – situs ini di jam – jam malam. Akibatnya, waktu yang diperlukan untuk menghabiskan satu tugaspun jauh melebar dari yang semestinya dan pada akhirnya mereka hanya akan mengidap suatu  penyakit akut yang sering disebut “kecanduan online”. Hal ini akan berdampak buruk pada pola kehidupan mereka kedepan jika keadaan ini terjadi secara berangsur dan berlangsung dalam jangka waktu lama.

    Kondisi ini amat memprihatinkan, manakala berbagai macam tugas dan kewajiban yang seharusnya terselesaikan dengan mudah malah tertunda dan bahkan terabaikan. Para pelajar sebagai penerus bangsa adalah bagian inti dari bangsa ini, merekalah tunas yang akan menjadi pohon pada waktunya untuk mempertahankan dan membangun negara ini.  Apa jadinya jika tunas – itu itu malah tumbuh dengan nutrisi yang tidak selayaknya ditambahkan? Tunas – tunas itu bukannya akan tumbuh menjadi pohon yang kokoh berdiri dan akan terus tumbuh tinggi menjulang, melainkan hanya sebuah bonsai lebar yang kelihatan kokoh namun kerdil. Sudah tentunya kita menolak kondisi ini bukan?


Penulis : Siti Amalia
Editied By : Loke

Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER