Kirim Tulisan: Sang Kaderisator Sejati

     Sang Kaderisator Sejati “Ikhlas merupakan sifat yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang istimewa..” Sebuah jasa yang tak semua orang melihat dan mengetahui betapa berat tanggung jawabnya. Namun bila kita tilik lebih dalam, betapa besar manfaat yang diberikan olehnya. Sebuah aktivitas yang dapat merevolusi masa depan, sebuah usaha yang mampu menjadi momentum perbaikan bagi siapapun, dan membuka lembar baru kehidupannya..mulai dari lingkup yang kecil dan dengan kesinergisan seluruh pihak, yang kecil ini dapat bergerak bersama dan merubah bangsa ini menjadi lebih baik melalui generasi yang memiliki nasionalisme dan idealisme, serta cinta tanah air. Sebuah upaya tanpa mengharapkan imbalan dan pengakuan dari pihak lain akan setiap hal yang telah dilakukannya. Orang-orang sering menyebutnya kaderisasi. Namun siapakah sang kaderisator sejati itu??? Kaderisator sejati yang satu ini rela mengorbankan segalanya untuk kadernya, baik harta, waktu, bahkan nyawa. Kaderisator yang satu ini mencetak segala sesuatu yang ada di dalam kader dari nol sampai benar-benar terbentuk pribadi yang berguna bagi sekitar dan membanggakan. Beliau memberikan yang terbaik, bahkan melindungi kadernya dari segala ancaman, tiada istilah maupun kata yang tepat untuk kaderisator tersebut melainkan...’Ibu’. Betapa besar jasa kaderisator yang satu ini terhadap kader-kadernya. Ibu membentuk kadernya mulai dari dalam kandungan, Ibu menjaga kondisi kadernya yang masih lemah tak berdaya, menjaga agar kadernya tetap hidup dan memiliki bekal untuk lahir di dunia yang cukup. Rela bersusah payah dengan peluh tercurah selama 9 bulan lebih merawat kader di awal kehadirannya, rela mengorbankan nyawa dengan menjadi perantara kadernya tuk membuka mata di dunia.       Pengorbanan seorang Ibu tidak berakhir sampai di situ, seorang Ibu masih menyapih dan senantiasa menemani, serta mengenalkan hal-hal baru tentang dunia ini kepada kadernya. Ibu selalu bangun lebih awal di tengah dinginnya malam, menengok dan merawat kadernya yang merasa terganggu ataupun kurang nyaman, serta menyambut pagi dengan senyuman hangat kepada kadernya, menandakan siap kembali mengawali hari dan mencurahkan waktunya untuk membersamai sang kader. Seiring waktu berjalan sang kader pun mulai belajar dan beranjak dewasa. Ibu mulai melakukan treatment yang berbeda dari sebelumnya. Ibu mulai sedikit melepas dan membiarkan sang kader belajar mandiri dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ibu berperan menjadi tempat curahan keluh kesah sang kader dalam menjalani hari-harinya dan selalu menjadi penenang kader dan berusaha mewarnai rautnya dengan cahaya ketenangan dan keceriaan di depan kadernya. Pada akhirnya, sang kaderisator ini pun harus rela melepas kader untuk benar-benar mandiri dan mampu mencetak kader-kader baru untuk melanjutkan estafet perbaikan generasi berikutnya. Balutan keikhlasan tampak menghiasi tiap hembusan nafas kaderisator sejati ini. Setiap kebersamaan dengannya tak ada imbalan yang diharapkan olehnya, yang dia tahu hanya bagaimana kadernya dapat hidup bahagia dalam tiap langkahnya, dan dapat menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Alangkah indah bila miniatur organisasi ini ada di setiap keluarga bangsa ini. Indonesia kan menjadi bangsa sejahtera karena memiliki kaderisator sejati yang hanya patut disandang oleh seorang ‘Ibu’. ‘Wahai Ibu, kini ku telah beranjak dewasa dan jauh darimu, ku tak selalu bisa tanyakan kabar ku tak selalu bisa dengar suara lembut penenang jiwa ku tak selalu bisa menyaksikan wajah ceria penyulut semangat’ ‘Wahai Ibu, ku tahu tak cukup tuk balas segala pengorbananmu, Namun hanya do’a dan harapanku untuk dirimu dalam pemisah raga kita’ ‘Wahai Ibu, di saat ku dekat denganmu, raga ini terasa berat tuk melangkah ringankan beban pundakmu lisan ini terasa kaku tuk ucap seuntai cinta tubuh ini terasa membeku tuk peluk hangat dirimu’ ‘Wahai Ibu, inginku curahkan segala kasih dan sayang, harapku tangis cinta tercucur dalam pangkuanmu’

Profil Penulis :
Nama : Ario Wiraya
Email  : awiraya48@gmail.com
Editor : Loke 

Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER