[Renungan] Surat Untuk Ibu

           
Credits : Yusuke Nakamura
  2 Maret 2014. Itu tulisan pertama yang aku tulis di hari Minggu ini, yang sesaat membuatku berubah pikiran terhadap apa yang ingin aku tulis di lembaran buku ini sebenarnya. 2 Maret 2014, ini hari ulang tahun ibuku yang ke 38. Semenjak 3 tahun ini jauh dari rumah sepertinya tidak satupun ulang tahun ibuku terlewatkan tanpa ucapan selamat ulang tahun beserta doa melalui pesan singkat. Bukan berarti aku selalu melupakan hari ulang tahun ibuku sebelumnya. Hanya saja aku terlalu malu untuk mengatakan paket lengkap ‘selamat ulang tahun+doa’ seperti yang aku tuliskan panjang lebar melalui pesan singkat. Di banyak film banyak anak yang mengatakan kata-kata sayang untuk ibu mereka.’Aku sayang Ibu’ , ‘Aku sayang Mamah.’ dan banyak versi lainnya. Tetapi tidak denganku. Aku merasa bingung bagaimana cara mengatakannya, hal itu terlalu tidak biasa bagiku. Kata-kata itu sulit keluar dari pita suaraku. Bukan karena aku tidak sayang,bukan. Tapi… Ah, ini terlalu sulit dijelaskan melalui kata-kata. Mungkin ini serupa dengan bayi yang pipis tanpa bilang-bilang alias ‘ngompol’. Pernahkah kalian mendengar bayi bicara “Bu, aku pengen pipis?’. Pernah? Aku yakin tidak. Seperti halnya diriku, tanpa basa-basi aku lebih memilih mengeluarkan semua rasa sayang pada ibuku tanpa kata-kata. Jadi, kasih sayangku itu bisa dibandingkan dengan air kencingnya bayi? Ya sebenarnya bukan begitu maksudku. Aku tahu itu bukan perumpamaan yang bagus, tapi yasudahlah tidak apa-apa.
               Mungkin terlihat kurang berterima kasih. Tapi bagaimana? Aku bahkan tidak bisa membuat sekedar surat pendek untuk ibuku. Padahal aku bisa membuat surat ucapan 1 lembar penuh untuk temanku saat dia ulang tahun. Aku jadi berpikir,aku bukan bayi lagi. Aku sudah 17 tahun. Sudah saatnya aku mengungkapkan semuanya. Aku yakin ibuku tahu aku menyayanginya, tapi mungkin tidak tahu sebesar apa aku menyayanginya. Setidaknya orang pertama yang akan mendengar kata ‘Aku sayang kamu.’ adalah ibuku, dan juga ayahku. Mungkin suatu saat aku juga akan mengatakannya pada pendamping hidupku kelak. Tapi tetap saja aku harap aku bisa mengatakan kata itu terlebih dulu pada ibuku. Setelah semua hal tak terhitung yang telah diberikannya padaku.Seseorang yang memberikan rasa sayang tiada batas, menjadi pendukung dalam setiap langkah hidupku, dan menjadi seseorang yang selalu sabar menghadapiku yang terkadang terlambat mengerti akan semua kasih sayangnya. Ibu, ibu, ibu, dan juga ayah kalianlah yang pertama. Selamat ulang tahun Ibu. Semoga panjang umur dan sehat selalu. Aku sayang kalian, Ibu, Ayah..

[Yuan A. F]

    Comments

    Popular posts from this blog

    Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

    Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

    ARTIKEL ILMIAH POPULER