[Renungan] Potongan Kertas

           
 
               Potongan kertas. Tak berarti ketika angin membawanya pergi, dan tetap tak berguna meski dalam diam. Angin hanya membawanya pergi, dan potongan kertas hanya bisa terbang begitu saja. Tanpa tahu kapan dan dimana angin akan mencampakkannya. Tanpa tahu kapan dan dimana angin akan menjatuhkannya.Menyakitkan bukan? Menyakitkan bukan jatuh ke bumi setelah angin membawanya terbang begitu  tinggi? Itulah kenapa jatuh itu menyakitkan. Langit begitu tinggi. Terlalu melelahkan untuk turun ke bumi. Sedang tiada lagi daya untuk tetap bertahan. Apalagi merangkak ke atas.
                Dicampakkan oleh angin? Terhempas di pinggiran jalan? Terinjak dan kemudian terbawa ke sisi jalan yang satunya? Semua itu masih lebih baik dibandingkan jatuh diatas genangan air yang membuat dirinya takkan terlihat lagi.
                Dibalik segala penderitaannya, tahukah kalian mengapa potongan kertas masih bertahan? Tahukah kalian kenapa potongan kertas masih rela terbang meski tahu akan terhempas? Karena dia yakin bisa menemukan bagian lain dari dirinya setelah terhempas. Dia tidak akan pernah terhempas jika belum diterbangkan. Dan dia tidak akan pernah terbang tanpa tiupan angin. Potongan kertas tak pernah menyalahkan angin yang menerbangkan dan kemudian mencampakkannya. Potongan kertas juga tak pernah menyalahkan langit yang begitu tinggi sehingga menyakitkan ketika jatuh dari atas sana. Berhentilah menyalahkan hal-hal yang ada di sekitar kalian. Tapi berterima kasihlah atas segala hal yang kalian lalui. Kalian tidak akan pernah bangkit sebelum terjatuh bukan?

                Jangan anggap remeh potongan kertas.Mungkin sekarang dia hanya potongan kertas. Tapi suatu saat dia pasti akan menjadi selembar kertas yang utuh. Begitu juga dengan dirimu. Jangan anggap hina dirimu. Kamu itu luar biasa! Yakinilah bahwa dirimu adalah potongan kertas yang suatu saat PASTI akan menjadi selembar kertas yang utuh.

[Yuan A. F]

Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER