Umbul Pengging Wisata Khas Boyolali


Boyolali merupakan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang dikaruniai berbagai spot wisata alam. Sepasang gunung kembar menjulang di sisi baratnya—Merapi & Merbabu. Kedung Ombo, Cengklik, dan Bade merupakan tiga danau buatan yang mengelilinginya. Tidak hanya itu, terdapat dua sumber mata air yang pantas dijadikan destinasi wisata yaitu Tlatar dan Pengging.
Sumber mata air atau lebih dikenal dengan sebutan umbul, tak sekadar menyajikan aliran air namun juga pemandangan taman yang menyejukkan. Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Boyolali gencar melakukan pemugaran pada kawasan umbul, khususnya Umbul Pengging. Umbul Pengging dinilai dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata unggulan Boyolali mengingat
kawasannya memadukan antara wisata sejarah, wisata budaya dan wisata alam.
Umbul Pengging sebenarnya bernama Umbul Tirtomarto, namun karena terletak di kawasan Pengging maka dijuluki sebagai Umbul Pengging. Pengging sendiri merupakan wilayah yang sekarang terletak di antara Surakarta dan Yogyakarta yang kira-kira mencakup wilayah Boyolali, Klaten dan Salatiga dengan pusat di Bayudono, Boyolali.
Umbul Pengging merupakan sebuah kompleks pemandian peninggalan Kasunanan Surakarta terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Bayudono sekitar 12 km ke arah timur Boyolali. Pemandian ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta yaitu Sri Paduka Pakubuwono X. Mulanya pemandian ini merupakan tempat bersantai raja dan keluarganya. Hal ini tampak dari bangunan tempat peristirahatan yang berada di dekat pemandian—Pesanggrahan Ngeksipurna yang menjadi satu wilayah dengan Masjid Ciptamulya dan Makam R.Ng Yasadipura I. Pada zaman dahulu, pemandian ini tidak dibuka untuk umum. Seiring berjalannya waktu, Umbul Pengging bebas dimasuki setiap pengunjung yang ingin menikmati keindahan pemandangannya.

Selain pemandian, terdapat beberapa fasilitas yang disediakan di Kompleks Umbul Pengging yaitu rumah makan lesehan apung, pemancingan serta lapangan tenis. Dalam kawasan Umbul Penging terdapat tiga umbul utama yaitu Umbul Temanten, Umbul Ngabean dan Umbul Sungsang.
Umbul Temanten
Umbul Temanten berbentuk persegi panjang dan memiliki kedalaman 50 hingga 170 cm. Di area pemandian ini juga terdapat tempat pemandian khusus untuk anak-anak yang berada di arah tenggara Umbul Temanten. Selain itu, di pemandian Umbul Temanten dilengkapi dengan fasilitas kamar ganti dan kamar bilas.
Asal muasal Pemandian Umbul Temanten berawal dari kunjungan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X yang melihat dua umbul yang terletak berdekatan di area Umbul Temanten ini. Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X kemudian berdoa kepada Tuhan agar kedua umbul tersebut dipersatukan. Akhirnya permintaan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X dikabulkan Tuhan. Bersatunya kedua umbul itu kemudian diberi nama Umbul Temanten yang diibaratkan menyatunya dua mempelai yang rukun menjadi satu. Peristiwa ini mengandung nasehat bahwa dalam mengarungi hidup berumah tangga, suami isteri harus bisa menjalin hubungan yang rukun.

Umbul Ngabean
Umbul Ngabean berbentuk bulat dan hanya diperuntukkan bagi orang dewasa karena memiliki kedalaman air sekitar 1,5 m. Kedalaman airnya sama di segala sisinya sehingga pengunjung dapat berenang dengan leluasa di kolam ini. Puas berenang atau sekadar bermain air, pengunjung dapat beristirahat di gazebo yang berada di sisi timur kolam sembari menikmati keindahan sekitar.

Umbul Sungsang
Umbul ketiga yang tak kalah menarik ialah Umbul Sungsang. Selain keindahan taman dan kesejukan air di Umbul Sungsang ini, pengunjung juga dapat mengikuti tradisi kungkum (berendam) yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat. Pemandian ini merupakan pusat kungkum masyarakat Pengging dan tak sedikit pula diikuti oleh para pengunjung yang berasal dari berbagai kota di sekitar Jawa Tengah. Tradisi ini diselenggarakan pada malam Jumat Pahing sejak pukul 24.00 hingga 03.00 WIB.

                Yuk segera agendakan berlibur ke Umbul Pengging! Tak hanya berwisata air, namun juga mengenal secuil sejarah dan budaya Indonesia. (itsctaa)

Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER