FULL DAY SCHOOL, tepatkah?

           

             Full day school menjadi bahan pembicaraan di dunia pendidikan Indonesia akhir-akhir ini. Pergantian sistem pendidikan yang begitu sering dilakukan oleh dinas dan menteri pendidikan membuat sistem yang awalnya sudah dikemas dengan baik terkesan kacau. Belum lenyap dalam ingatan kita bahwa dalam kepemimpinan kabinet Jokowi jilid I, pak Anies Baswedan diangkat sebagai menteri pendidikan dengan gebragannya merubah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006 menjadi KTSP 2013. Perubahan KTSP tersebut dinilai oleh berbagai pihak memiliki perbedaan yang sangat menonjol namun inovatif. Sayangnya belum selesai kurikulum tersebut tersosialisasi dan diterapkan di sekolah seluruh pelosok negeri , sudah terjadi pergantian sistem dan metode lagi dalam pengajaran di sekolah. Alih-alih menuju sistem pendidikan yang sesuai dengan kultur Indonesia namun banyak masyarakat menilai adanya ketidakkonsistenan dari pemerintah dalam menanggapi permasalahan sistem pendidikan di negeri ini.
            Adalah Bapak Muhadjir Effendy, mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mencetuskan adanya pergantian sistem pendidikan tersebut. Diangkat menjadi menteri pendidikan menggantikan Bapak Anies Baswedan, beliau memutuskan memilih menerapkan sistem full day school untuk diterapkan di semua sekolah dari jenjang SD, SMP, sampai dengan SMA. Mengutip dari Kompas, 8 Agustus 2016, beliau mengatakan “dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orang tua mereka belum pulang bekerja”. Jadi menurut beliau dengan diterapkannya sistem full day school ini, kegiatan belajar siswa di sekolah akan lebih terarah dan waktu belajar pun semakin banyak karena dari pagi mereka berangkat sampai sore hari, para siswa menghabiskan sebagian besar waktu mereka di sekolah dengan diawasi oleh para guru. Namun pandangan orang umum terhadap sistem full day school ini masih sangat minim akan metode cara pengajaran yang sebenarnya.
            Menurut Sukur Basuki dalam tulisannya, Harus Proporsional sesuai Jenis dan Jenjang Sekolah, menerangkan bahwa full day school adalah sekolah yang sebagian waktunya digunakan untuk program-program pembelajaran yang suasanya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru. Dalam hal ini beliau berpatokan pada suatu penelitian yang mengatakan bahwa waktu efektif belajar bagi anak hanya 3-4 jam sehari dalam suasana formal dan 7-8 jam sehari dalam suasana informal. Jadi beliau beranggapan bahwa sistem full day school ini bukan menitik beratkan pada materi mata pelajaran siswa yang diperbanyak, melainkan membuat suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan menghindari sebanyak mungkin penyampaian materi yang monoton dan menjemukan.
Anggapan tersebut tentu saja ada benarnya. Seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik dengan tanpa membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik terhadap apa yang disampaikan di kelas. Oleh karena itu harus diselingi dengan metode dan cara penyampaian yang lain yang lebih menyenangkan dan atraktif bagi mereka. Full day school menuntut mereka menghabiskan waktu dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00 atau bahkan sampai pukul 17.00 dengan imbalan hari sabtu dan minggu mereka libur belajar di sekolah. Menurut penulis, sistem full day school ini masih memerlukan kajian yang lebih mendalam sebelum benar-benar dipatenkan dan harus diterapkan di seluruh sekolah di Indonesa. Banyak sekali keuntungan dan kelemahan dari sistem ini. Misalnya para siswa akan merasa bahwa waktu mereka terforsir dengan kegiatan di sekolah sedangkan mereka memiliki keinginan untuk dapat mengembangkan kreatifitas mereka di luar sekolah, waktu bermain yang berkurang, cepat merasa bosan dan capek karena harus mengikuti rangkaian belajar yang terlalu lama dan menjemukan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika pemerintah jangan terlalu ‘arogan’ dengan mengambil keputusan secara sepihak dan kita sebagai masyarakat juga harus berperan aktif dalam mengawasi sistem pendidikan ini agar Indonesia dapat lebih maju dan sejahtera karena dapat menghasilakan siswa-siswa yang cerdas baik secara intelektual, religi, maupun kreatifitas.
            

           Lalu bagaimana tanggapan kalian mengenai full day school ini jika diimplementasikan di Indonesia? Posting tanggapan kalian di kolom komentar ya :)


By: Febri 

Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER