Junsai "Bukan Siapa Siapa"

     
     Sinar mentari muncul dengan ceroboh di halaman rumput ini, terbang menghembuskan angin. Ada bulan yang berbeda-beda dalam satu periode, mewarnai semua yang ada di sana. Saat kami melalui bulan yang dingin, sinar mentari dan aroma baru masuk ke dalam hati yang tulus.
    Tapi tak jarang perselisihan itu juga datang di antara kami, kami sibuk dengan apa yang menjadi pemikiran pribadi kami. Pada masa-masa seperti itu kadang kami juga butuh berpencar. Memalingkan wajah kami masing masing yang nampak angkuh. Sampai pada akhirnya kami menarik langit biru legam itu jauh-jauh dan kembali bersama.
    Banyak yang terlewat memang, beberapa bait yang seharusnya terisi oleh diksi yang indah harus kosong. Tapi dari area yang masih tersisa itu akan memberikan kita sebuah inspirasi yang baru. Kumpulan monolog-monolog kecil berisi harapan, doa serta dedikasi kami pada kehidupan ini.
    Ini cara kami menggambarkan dinamika yang terjadi pada sebuah keluarga sederhana bernama Junsai. Dengan penuh semangat kami menjalani dua semester yang melelahkan. Berjibaku dengan kuliah, tugas dan laporan rasanya memang melelahkan. Pikiran yang jenuh serta imajinasi yang tak kunjung mengalir makin membuat situasinya sulit. Tapi kami selalu berkata “hey, sudahlah apapun idenya, memulai menulis adalah lebih baik daripada bermikir terus”.
    Dua semester berjalan, terdapat beberapa rencana hebat kami yang dapat kami petik hasil manisnya. Buletin Prisma, Mading ABSiS, Majalah PraMAGZ dan media digital seperti Youtube, Instagram, dan Blog menjadi bukti nyata sebenarnya kami ini ada. Meski kadang kurang konsisten kami berusaha membenahi setiap jengkal kesalahan yang ada. Tapi pada akhirnya, juga terdapat rencana  yang justru kami sia-siakan dengan alasan yang kami cari-cari. Maaf, rasanya tak cukup untuk menebus kesalahan yang entah sengaja atau tidak sengaja kami lakukan. Kami tahu ini bukan hal yang diharapkan. Tapi kami belajar. Apa yang kami lakukan benar-benar bukan hanya tentang selesai atau gagal, tentang menang atau kalah, tentang kuat ataupun rapuh. Tapi kami belajar untuk menjadi setulus mungkin. Bukankah ada orang yang menertawakan impian yang kami ucapkan? Dan ada juga orang yang mengejek ketulusan kami. Kami pun banyak mendengar suara yang terus berkata bahwa semua usaha mu merupakan kebodohan.
    Walaupun begitu, langit dan bumi tak dapat dibandingkan dengan diri ini. Kami percaya suatu saat pasti akan datang harinya kita memetik hasil usaha kita. Untuk itu setelah setahun berlalu saatnya kami yang baru datang dengan rencana dahsyat kami yang juga baru. Rencana untuk membuat semua orang tersenyum. Membaca dan mengetahui pandangan kami terhadap aspek kehidupan. Mengerti serta menelaah apa yang kami wakili dari setiap kata yang kami hidangkan sebagai sebuah informasi.
    Kami ingin semua orang dapat menjadi insan penginspirasi. Sedikit saja goresan tinta yang mereka berikan, kan kami sulap menjadi seubah kenangan yang menyenangkan. Kami ingin semua mengerti apa yang kami tulis bukanlah demi kepentingan seorang semata.
   Meski  kenyataan berkata seperti itu. Tapi di LSiS kami akan tumbuh, kami adalah jurnalis yang punya harga. Andaipun kami gagal setidaknya kita melawannya dengan kenakalan yang terhebat di dunia. Jangan meragukan apa pun lagi, kita harus menyampaikan apa yang ada dalam hati kita sebagaimana adanya. Jika tidak, kita tidak akan bisa berlanjut. Perasaan yang sudah menjadi sangat kuat dan mendalam ini. Terimaksih kelurga tanpa kita sadari tangan kita saling terhubung, walau tanpa janji atau keputusan apapun. Tanpa kita sadari tangan kita saling terhubung dan kita tersenyum. Aku merasa kita semua seperti itu.  Jalan ini masih terlalu panjang untuk di lalui sendiri. Kita seperti senar gitar yang saling terhubung.  Jika dipetik melodi seperti apakah yang tercipta?  Rasanya dengan bergandeng tangan erat, kita membuat sebuah lagu yang menyenangkan. Ya bukan lagu yang bernada indah tapi sebuah lagu yang sangat berarti. 

Semoga periode ini berkesan, maaf beluum dapat menjadi pemimpin yang baik, maaf belum dapat menyampaikan banyak ilmu kepada teman teman semua, dan maaf juga belum bisa menjadi pribadi yang baik. Trimakasih satu tahun ini trimakasih atas kebersamaanya. ini belum selesai masih ada janji yang belum saya tepati. Jadi bolehkah saya tetap menjadi keluarga dan teman kalian ? Masih banyak senyum yang ingin mengembang bersama kalian. Tahun depan saatnya kalian melanjutkan impian yang belum tersampaikan. Semangat teman teman semoga orang yang kita rindukan akan tetap berkarya

11 Desember 2014
Loke a.k.a Indra Wijanarko

Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER