Teduh dari Negeri Dilanda Rusuh


‘How are you my sister? How’s life? Miss you’
Di suatu malam yang mungkin biasa saja bagi mahasiswa kebanyakan. Bertemankan dengan lembaran kertas praktikum, tugas dan mungkin juga secangkir kopi. Rutinitas lazim pada waktunya. Dan kalimat di atas adalah yang terpampang ketika aku membuka chat di akun pribadi facebookku sebulan yang lalu. Kalimat sapaan dari saudariku di seberang sana. Sebut saja dengan Rahaf.
Rahaf adalah seseorang dari beberapa teman yang kukenal dari dunia maya. Seseorang yang mungkin istimewa. Seorang saudari yang kusayangi bahkan belum pernah kutemui sekalipun dalam hidupku. Seorang gadis yang berasal dari kota di nun jauh disana. Syria. Berusia 15 tahun, beberapa tahun lebih muda dariku. Perkenalan kami diawali dengan percakapan singkat ala kadarnya sebagaimana dua orang gadis ingin saling mengenal. Berawal dari pertanyaannya tentang negeriku, Indonesia.
Indonesia negeri yang indah memang, begitu pujian yang dia lontarkan. Perihal budaya yang menyangkut dengan mayoritas penduduk Indonesia yang muslim pun menjadi salah satu pertanyaan yang sempat dia lontarkan. Juga sempat terucap keinginannya untuk bisa mengunjungi negeri nan elok ini. Katanya. Namun tahukah kalian sahabat, apa yang menjadikan kami bisa saling percaya dan lalu bersahabat bahkan menjadi dekat seperti saudara seperti sekarang ini. Ada sebuah kalimat yang dia ucapkan  yang kurasa begitu tulus dari dalam hatinya. 
‘Karena kita adalah muslim. Dan sudah kodratnya kita semua saling bersaudara wahai saudariku.’
Sebuah ucapan yang sederhana dari seorang gadis muda yang bahkan baru kukenal. Dan seiring berjalannnya waktu, pun aku menyadari apalah arti saudara itu. Saling menyayangi dan mengasihi. Sesederhana itu. Saling bertukar cerita tentang hidup. Saling mengingatkan. Senasib sepenanggungan.
Tepat sebulan yang lalu ketika aku mendapat petikan percakapan di atas, seperti biasa dia menanyakan kabar. Bagaimana sekolahku, kesibukanku, keadaan dan lain sebagainya. Pun dia menanggapi dengan antusisa. Dengan percakapan bahasa Inggrisnya yang selalu dia katakan sebagai ‘aku belum sempurna belajar bahasa Inggris wahai saudariku, maafkan ya’. So cute. Walau dengan bahasa terbata bata toh kita masih mampu saling menjalin komunikasi. Saling mengerti. Percakapan yang begitu menyenangkan di kala itu. Lalu suatu ketika disusul sebuah pernyataannya yang begitu mengejutkan.
‘Now, I’ve moved to Egypt  ’
Sejenak aku masih terkejut dengan apa yang dia maksudkan. Begitu tiba tiba bagiku. Lalu Rahaf bercerita lebih jauh bahwasannya kepindahannya ke Mesir merupakan akibat dari gonjang ganjing di negerinya. Sehingga dia harus bermigrasi. Bahkan telah ada beberapa saudaranya yang menjadi korban. Namun yang kutahu, dia begitu tangguh. Dia bercerita dengan lancar. Bahkan mendoakan  bagiku: Semoga di negerimu yang damai, tak akan pernah terjadi hal yang seperti kualami wahai saudariku. Semoga kau juga senantiasa dalam lindungan Allah.’
Di saat aku begitu pilu mendengarkan ceritanya yang begitu menyayat hati, justru dia yang menguatkan dan menyemangati. Ada sepercik rasa kebanggaan di hatiku. Ya kita bersaudara dan kita Muslim. Fitrah yang Allah berikan yang menjadikan kita Muslim semua bersaudara begitu indah terasa. Pun ketika banyak belajar dari saudara saudara Muslim yang negerinya banyak dilanda prahara, mereka dengan begitu gagah berani membela kebenaran. Beruntunglah kita yang tinggal di negeri yang mayoritas muslim dan juga berada dalam keadaan aman dan damai.
We’ll never walk alone. Di seluruh pelosok dunia kita mempunyai saudara sesama muslim. Bagaimana sih rasanya memiliki saudara. Tentunya akan menyenangkan. Jauh menyenangkan jika di antara saudara bisa saling tolong menolong dan mengingatkan dalam kebaikan. Persaudaraan muslim itu indah. Bahkan jika kita mencontoh dari umat umat terdahulu terutama para sahabat. Begitu indah. Pengorbanan bahkan rela mereka lakukan demi saudara mereka. Pun pengorbanan atas nama kebajikan tidak akan pernah sia sia. Jihad. Istilah yang sebenarnya jika dilaksanakan dengan benar akan menghasilkan hal yang begitu menakjubkan, walau akhir akhir ini banyak disalah artikan.
Bisa kita ambil contoh sederhana pengorbanan adalah persaudaraan antara kaum Anshar dan Muhajirin. Persaudaraan yang terjadi di masa Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah persaudaraan Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Ar-Rabi’. Kaum Muhajirin yang memang meninggalkan semua harta bendanya maka Sa’ad yang merupakan kaum Anshar menawarkan hartanya untuk dibagi dua dengan Abdurrahman bin Auf. Bahkan lebih jauh dari itu dia juga menawarkan salah seorang istrinya dari kedua istri yang dimiliki untuk dia ceraikan lalu dinikahkan ketika telah selesai masa iddahnya. Hingga sejauh itu pengorbanan yang sahabat lakukan. Walau akhirnya ternyata  Abdurrahman menolak secara halus dan lebih memilih untuk ditunjukkan letak pasar sehingga dari sana dia bisa mulai berdagang dan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Satu contoh lagi adalah ketika Usman bin affan pernah menginfakkan hartanya berupa seribu ekor unta lengkap dengan gandum, minyak dan kismis untuk orang orang miskin di kalangan muslim. Padahal di saat itu ada pedagang yang juga menawarkan untuk membelinya dengan harga yang begitu menggiurkan. Di kala itu memang Madinah sedang dilanda krisis di masa pemerintahan khalifah Abu Bakar Asshidiq. Maka jawaban diplomatis yang beliau keluarkan adalah ‘Allah yang akan memberikan keuntungan padaku sepuluh kali lipat’. Sungguh suatu bentuk keikhlasan dan kerelaan bagi saudara kita sesama muslim.
Masih ada banyak lagi kisah tentang persaudaraan sesame muslim yang begitu menginspirasi. Persaudaraan yang indah. Dan dengan adanya berbagai macam suku bangsa yang ada di dunia ini yang memeluk Islam, maka semua di antara kita adalah saudara. Jika kita masih berkecil hati, maka itu adalah salah. Janganlah malu dan takut menunjukkan identitas kita sebagai muslim. Banggalah menjadi seorang muslim. Belajar dari hal kecil yang meneduhkan. Teduh dari negeri yang dilanda rusuh. 
Yogyakarta, 18 Mei 2013

Khumayr


Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER