Menggoreskan Tinta, Menginspirasi Dunia





Menulislah. Tuliskan apa yang selama ini ada dalam pikiranmu. Menulislah walaupun kamu merasa sedang tidak ada ide, atau inspirasi. Menulislah, karena menulis merupakan obat. Saat semua perasaan kesal, gundah, marah, benci, senang, terharu, dapat melebur dan meluap dalam kata-kata. Menjadi satu dalam bentuk tulisan. Menulislah yang bermanfaat. Menghibur, menginspirasi, dan bermakna. Menulislah, dan biarkan tulisan-tulisan itu menjadi bait-bait  indah dalam kehidupan. Menulislah seperti aliran air sungai, yang terus mengalir dan bermuara di laut lepas.

Tulisan dapat berkata jauh lebih banyak daripada lisan. Tulisan dapat mempengaruhi setiap orang yang membacanya. Tidak perlu merasa takut jika kita memiliki hobby menulis. Tunjukkan pada dunia kemampuan kita dalam mengolah setiap kata. Menulis adalah ungkapan hati. Menulis adalah berpikir berbeda. Menulis dengan indah adalah sama persis seperti membuat nama terang di buku. Menulis seperti  menyalakan lilin-lilin kecil dalam suatu ruangan gelap. Menulis dapat memberikan cahaya bagi orang lain, cahaya ilmu yang tidak akan pernah padam
.

Dua paragraph tadi merupakan opening dari diri saya. Saat saya sedang memikirkan tentang makna dari sebuah tulisan. Saat saya sedang menatap awan-awan dan berpikir “Kapan mulai menulis?”. Mencari inspirasi yang sebenarnya sangat dekat dalam diri saya sendiri.

Kamis, 4 Juni 2013. Salah satu momen berharga dalam hidup saya. Saat menghadiri sebuah talkshow menulis “Kekuatan Sebuah Pena” bersama Tere Liye. Siapa sih yang tidak mengenal sosok Tere Liye? Seorang penulis 16 novel best seller. Seorang penulis yang memiliki sikap sederhana dan menjunjung tinggi sebuah nilai agama. Hari itu, dia datang. Dengan menggunakan kaos putih, kupluk dan syal berwarna hijau lumut, serta sandal jepit.

Tiga jam bersama Tere Liye. Beliau memberikan ilmu tentang menulis, yang selama 25 tahun merupakan profesi yang telah ia tekuni. Dalam pembukaannya, beliau mengatakan bahwa waktu 3 jam tidak akan cukup dalam memberikan seluruh ilmunya.

Lalu, bagaimana agar seseorang dapat menulis dengan baik, kreatif, inovatif, dan inspiratif? Mari kita jawab pertanyaan ini terlebih dahulu!

Mengapa kita harus menulis? Karena menulis adalah pekerjaan menyebar kebaikan dalam kehidupan. Dalam cerita ini Tere Liye menceritakan kisah hidup tiga dokter yang cantik hatinya dan Kisah 3 sahabat (penyu, burung pipit, dan pohon kelapa. Bagi yang ingin membaca cerita lengkapnya. Silahkan mengunjungi page tere liye yah! Inti dari cerita ini adalah. Meskipun kita hanya mampu terduduk manis dalam satu tempat. Meskipun kita hanya dapat terdiam menatap hiruk pikuk dunia luar. Meskipun kita hanya bisa menatap sinar matahari yang memancar dengan cerahnya. Bukan berarti kita tidak bisa memberikan ilmu kita. Bukan berarti kita tidak bisa memberikan manfaat di kehidupan luar sana. Bukan berarti kita hars bersedih merenungi nasib. Kita bisa menulis!! Mengisi waktu luang kita dengan menulis! Tekun! Menuliskan setiap hal yang kita tahu melalui tulisan. Dunia sudah canggih. Posting tulisan-tulisan tersebut dalam media internet. Tidak perlu takut akan di-plagiat oleh orang lain. Tujuan kita menulis adalah ntuk berbagi ilmu.

Apa yang harus kita tulis? Berkaca pada dua cerita tadi. Apa yang harus kita tulis sebenarnya ada di sekitar kita. Sangat dekat, sangat kita kenal. Selama kita mampu dan peka dalam mengolah kata demi kata untuk menjadikannya sempurna. Tekun, konsisten. Menuliskan apa yang ada dalam hati, jiwa, pikiran. Yang tahu persis hanyalah diri kita sendiri. Bulatkan semangat dan tekat dalam diri “SAYA HARUS MENULIS”

Tere Liye memberikan 5 tips dalam belajar menjadi penulis yang kreatif, inovatif, dan bernalar. Apa saja? Yuk dibaca!!

1.      Semua hal dapat menjadi topic tulisan.

Penulis yang baik memiliki sudut pandang yang special dari suatu hal. Itu istimewa. Sebagai sorang penulis, kita harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. contohnya saat terpikirkan oleh kata HITAM. Saat semua orang menuliskan “hitam adalah warna. Hitam adalah kelam. Hitam adalah kelabu”. Saatnya kita menjadi berbeda. Tuliskan bahwa “hitam adalah seseorang yang memiliki hati yang putih. Dia memiliki teman merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Suatu hari pemerintah memberikan sayap gratis agar penduduk bisa pindah ke angkasa. Sayang hitam datang terlambat. Mejikuhibiniu sudah pindah ke langit. Dan hitam hanya tinggal sendiri di bumi yang luas. Itulah mengapa tidak ada warna hitam saat pelangi muncul.”

Hey, ini tulisan kita. Kita penulisnya. Kita dapat melakukan apapunn yang kita suka dalam isi tulisan kita. Lagipula hanya fiksi kan? Biarkan tulisan fiksi tetap menjadi fiksi. Berpikirlah kreatif secara terus menerus. Kita tidak akan pernah kehilangan ide dalam otak kita. Berpikir kreatif adalah memikirkan apa yang tidak dipikirkan oleh orang lain. Kalian tahu? Waktu terbaik memulai berpikir kreatif adalah 10 tahun yang lalu? Mengapa? Saat semua hal masih berada dalam jalannya. Saat para generasi muda tidak diracuni oleh hal-hal yang merusak kreativitas. Tetapi, belumlah terlambat jika kita mulai berpikir kreatif DARI SEKARANG!!. Penulis yang baik selalu memiliki sudut pandang special. Menemukan hal-hal detail yang dapat menjadikan tulisan itu special.

2.      Membutuhkan amunisi

Amunisi yang dimaksud adalah ilmu, informasi, pengetahuan. Darimana amunisi tersebut di dapat? Dengan membaca banyak buku. Dengan melakukan banyak hal yang b ermanfaat secara rutin. Tere Liye member contoh seorang Ibu Rumah Tangga yang sehari-hari hanya berkutat dengan masakan. Amunisi dari IRT tersebut adalah kebiasaannya memasak. Setiap malam, dengan rutin ibu tadi mencatat resep masakan yang ia buat, ia posting di blog, dilihat oleh editor, dan diterbitkan menjadi sebuha buku. Simple kan? Bagaimana dengan kita? Membaca, Membaca, Membaca. Adalah amunisi yang paling tepat. Saat kita tidak memiliki ide. Kita dapat mencari inspirasi dengan membaca. Berlatih menuliskan kembali apa yang kit abaca. Bukan plagiat tentu saja, karena kita menuliskan dengan gaya bahasa kita. Kita terinspirasi, Itu boleh.

3.      Yakin dengan Tulisan Kita

Tidak ada tulisan yang baik. Tidak ada tulisan yang buruk. Yang ada hanya relevan dan tidak relevan dengan pembaca. Jangan menyerah walaupun karya kita belum bisa diterbitkan. Pastikan bahwa tulisan kita relevan bagi diri kita sendiri. Jangan terbuai dengan segala puja-puji. Jangan terjatuh hanya karena kritikan. Jangan marah saat diberikan saran. Kembali pada tujuan awal kita menulis. Jangan hanya karena keukeuh  ingin tulisan kita diterbitkan. Itu bukanlah esensi dari menulis itu sendiri.

4.      Gaya bahasa adalah kebiasaan

Dalam menulis, percayalah! Tulis kalimat pertama. Maka itu akan lebih mudah. Tidak perlu khawatir dengan gaya bahasa dalam tulisan kita. Tidak ada gaya bahasa yang lebih unggul dari yang lain. Gaya bahasa hanyalah suatu kebiasaan yang terselip dalam tulisan kita. Itu akan menjadi ciri khas. Jangan bingung untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Menyelesaikan itu sangatlah mudah. Karena penguasa dari tulisan kita adalah diri kita sendiri.

5.      Ala karena Terbiasa

Tidak ada resep special untuk menjadi yang special, kecuali menjadi diri sendiri. Lakukan yang terbaik! Menulislah! Kita selalu memliki motivasi terbaik dalam menulis. Saat titik jenuh itu datang, panggil motivasi tersebut. Jangan pernah berhenti menulis. Terus menulis! Jangan takut!

Ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Tere Liye.

1.                  Jangan pernah merasa penulis lain adalah saingan.

2.                  Tidak ada seorang penulis yang membanggakan tulisannya.

3.                  Selalu memahami bahwa tulisan adalah tulisan.

4.                  Tidak pernah mengungkit tulisan yang penah di-publish

5.                  Ingat tujuan kalian dalam menulis.

6.                  Menulislah apa yang paling dekat dari dirimu

    Pesan-pesan yang inspiratif dari seorang Tere Liye. Dalam talkshow tersebut, ada satu kata mutiara yang terselip “Jadilah seorang penulis, atau menjadi orang yang dituliskan dalam sejarah”. Ayo menulis dari sekarang!!

    “Suatu saat nanti, kita akan menuliskan semua cerita hidup kita untuk dikenang atau dirobek dan dilupakan” –Yanuar, Presma UGM 2013

by: Af_Ratri13

Comments

Popular posts from this blog

Professor Muda dan Pakar Teknologi Nano di AS, Asal Indonesia

Sejarah Layout: Dari Zaman Batu Hingga Zaman Internet

ARTIKEL ILMIAH POPULER