[Resensi Buku] Karena Selama Hidup, Kita.. Belajar
Identitas Buku
Judul Buku : Karena Selama Hidup, Kita Belajar
Penulis : Faldo Maldini
Penerbit : Gram Studio
Tahun Terbit : 2015
Tebal Buku : 248 halaman
“Setiap detik, menit, jam, hingga dimensi waktu tertinggi kita hanya bisa belajar untuk menjadi lebih baik. Ya, Beruntunglah mereka yang lebih baik dari dirinya dahulu” – Faldo Madini
Sebuah kutipan yang terletak di bagian cover buku yang secara
tersirat menjelaskan isi buku ini secara keseluruhan. Faldo Maldini di waktu
remaja mengalami suka – duka sebagai siswa SMA yang sebenarnya mulai dari
menghabis akhir pekan di warnet untuk bermain game, menghabiskan waktu
untuk ngeband sampai dipanggil orang tua karena bolos sekolah saat
mengikuti kompetisi band hingga menjadi perokok aktif. Dari pengalaman
tersebut Faldo belajar lebih dibanding siswa lain karena Faldo sendiri
merupakan anak yang cerdas sejak SMP tetapi gagal untuk masuk ke SMA unggulan
sehingga dia harus sempat ‘terjebak’ dalam suasana yang baru. Benar, dari hal
itu Faldo terus belajar dan akhirnya bisa masuk sebuah universitas besar di
Indonesia yaitu Universitas Indonesia. Pada awalnya Faldo tidak merasa senang
masuk ke UI dan bersikeras untuk masuk Institut Teknologi Bandung tetapi dia
akhirnya memahami bahwa setiap pilihan yang dia miliki harus dibarengi dengan
restu kedua orang tuanya dan kembali lagi pada kehendak-Nya. Akhirnya, Faldo
mulai bersyukur menjadi bagian dari mahasiswa di UI sebagai mahasiswa Fisika. Oleh
karena itu, banyak pelajaran yang bisa seorang Faldo Maldini dapatkan di UI
mulai dari menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Fisika UI, Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA) UI, hingga menjadi Ketua BEM UI.
Dalam buku yang berjudul Karena Selama Hidup, Kita Belajar,
penulis merangkai kata bab demi bab berdasarkan pengalaman hidupnya mulai dari
SMA hingga lulus dari UI. Dalam setiap kalimat yang penulis berusaha sajikan
kepada para pembacanya adalah menimbulkan suatu rasa semangat. Di setiap bab
penulis juga menyajikan kutipan – kutipan yang menggaris bawahi maksud dari
setiap bab sehingga pembaca akan lebih paham mengenai hal tersebut.
Penulis berusaha menyajikan setiap bagian dengan latar belakang
yang jelas sehingga pembaca tidak akan merasa bingung dalam menikmati setiap
bagiannya. Pentingnya non akademis dan akademis dalam kehidupan sehari – hari
mengisi rongga kegiatan penulis mulai dari penelitian yang sudah dia lakukan di
tahun pertama kuliah hingga menjadi seorang pengganti Ketua Departemen Kajian Strategis
BEM Fakultas MIPA. Penulis merangkai dan meracik bagaiman kedua unsur dari hardskill
dan softskill wajib dimiliki siapapun yang siap untuk menjadi orang
yang sesungguhnya. Walaupun ini adalah buku perjalanan kehidupan penulis,
penulis berusaha memberikan ilmu baru kepada pembaca yaitu mengenai
kesinambungan antara politik dan kehidupan mahasiswa. Buku ini tidak hanya
sesuai untuk mahasiswa tetapi juga khalayak luas karena di dalamnya penulis
menyadarkan pembaca untuk melek terhadap gejolak politik tanah air dan
mahasiswa memiliki niat baik dan peran penting untuk mengawasi pemerintahan
yang sedang berlangsung.
Sedikit komentar mengenai buku ini, penulis terkadang bercerita
terlalu jauh mengenai setiap bagian sehingga pembaca harus kembali ke kalimat sebelumnya
agar lebih jelas dalam mengikuti alurnya.
Buku ini sangat cocok untuk mahasiswa dengan berbagai macam watak
dan tujuan. Hal tersebut dikarenakan di dalam buku ini setiap hal yang harus
dimiliki mahasiswa ada dan realita yang berusaha buku ini sajikan sangat kendal
dengan kehidupan sehari – sehari seorang mahasiswa. Manfaat yang akan diperoleh
untuk para mahasiswa adalah bahwa sesungguhnya mahasiswa harus menjadi lebih
dari mereka yang bukan mahasiswa. Ilmu yang diperoleh saat duduk di bangku kuliah
lebih banyak bila mahasiswa mau menyerap setiap kejadian dan mengambil hikmah
darinya. Namun, untuk membaca non mahasiswa juga dapat menikmati buku ini
karena banyak pengetahuan mengenai sosial – politik di Indonesia yang mana
kehidupan politik di Indonesia di warnai oleh kehidupan aksi para mahasiswa
yang menuntut hak rakyat. Kutipan terakhir yang mungkin bisa membuat menariknya
buku ini dibaca :
”Bagi saya, gerakan mahasiswa itu sederhana saja, yaitu segala upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengubah dirinya dan sekitarnya menjadi sesuatu yang lebih baik. Jika sudah baik, lebih baik lagi, terus lebih baik. Ya sesederhana itu saya memabdangnya tanpa ribet.” - Faldo Madini
[BimsJr] - Yogyakarta, 26 Mei 2015
Comments
Post a Comment