Tape Recorder
Tujuh sekawan kecil baru saja menuntaskan pelajaran di hari kamis, sudah lewat pukul 14.00 WIB ketika mereka meluncurkan sepeda andalan masing-masing melewati jalan aspal yang berlubang. Sang surya masih dengan perlente menorehkan sinarnya, alhasil beberapa buliran air keluar dari pori-pori kulit. Angin persawahan musim tanam padi menyibak halus jilbab cokelat tua yang mereka kenakan, setidaknya ini sedikit menghilangkan lelah. Pada persimpangan jalan setelah memasuki desa mereka saling melambaikan tangan, mengucapkan salam perpisahan dan menghilang diujung jalan. Kira-kira setengah jam setelahnya, bidadari-bidadari kecil itu kembali berkumpul di persimpangan yang sama. Masih dengan pakaian yang sama dan beberapa masih mengenakan sepatu, hanya saja mungkin kali ini perut mereka sudah terisi. Satu diantaranya memimpin perjalanan menuju masjid sederhana yang berdiri dipertengahan kampung, bukan pada masjidnya tapi pada sebuah bangunan rumah yang berada disamping masjid. “Kakak!