Sebuah Kisah Tentang Gunung Bromo
Pukul 23.00 saya berangkat menuju Gunung Bromo.
Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 3 jam dari kota Malang, Jawa Timur. Bromo
merupakan salah satu tujuan favorit wisatawan domestik maupun mancanegara. Sekitar
pukul 01.00 dini hari saya tiba di Gunung Penanjakan. Beberapa warga suku
tengger yang merupakan warga asli daerah tersebut nampak sedang melakukan
aktifitasnya. Walaupun masih terlalu pagi untuk menjalankan aktivitas, namun
pada jam tersebut justru wisatawan banyak yang berdatangan untuk menikmati sunrise. Tidak jarang banyak pedagang yang berkeliling
menawarkan sapu tangan atau topi. Warung disekitar lokasi tersebut juga tidak ketinggalan
menyajikan menu sederhana seperti mie rebus atau minuman hangat lainnya untuk
wisatawan yang singgah. Hal ini tentunya tidak mengherankan karena hawa dingin
yang menusuk tulang lah yang pertama kali menyambut kedatangan para wisatawan
ketika tiba.
Dari Gunung Penanjakan
ini untuk menuju penanjakan tempat melihat sunrise, diperlukan jeep sebagai
sarana transportasi. Beberapa orang ada yang memilih untuk mendaki saja. Namun
jarak yang ditempuh lumayan cukup membuat kaki terasa pegal. Selain itu jika
mendaki dengan manajemen waktu yang tidak tepat, tidak menutup kemungkinan
matahari akan terbit lebih dulu. Banyak pula orang yang menawarkan penyewaan
jeep untuk menuju penanjakan. Secara umum wisatawan menggunakan jeep untuk
menuju penanjakan. Menggunakan kendaraan pribadi menuju penanjakkan sebaiknya
dihindari karena medan yang berpasir akan membahayakan selain itu penerangan
menuju penanjakan sangat minim. Di penanjakan sendiri terdapat dua penanjakkan.
Kali ini saya memilih penanjakan satu. Penanjakan satu ialah penanjakkan ter tinggi
di bromo. Setelah menempuh perjalanan menuju penanjakan menggunakan jeep,
wisatawan harus berjalan kaki sedikit menuju penanjakan satu.
Sesampainya di penanjakkan sudah banyak wisatawan yang
datang terlebih dahulu. Di penanjakkan ini sudah disediakan tempat duduk untuk
para wisatawan yang menikmati sunrise. Sesekali terdengar orang menjajakkan
bunga keabadian yang identik dengan bromo kepada wisatawan yang datang, apalagi
kalau bukan bunga edelwise. Para wisatawan sudah bersiap dengan kamera masing
masing untuk mengabadikan sunrise. Hingga detik demi detik pertunjukkan lukisan
tuhan itu dimulai, sedikit demi sedikit langit berubah warna dengan kedatangan
matahari. Dari penanjakan ini saya dapat melihat 4 gunung sekaligus, yakni
Gunung Bromo, Gunung Semeru, Gunung Batok dan Gunung Kursi. Semua orang disekitar saya sibuk dengan kamera masing masing mencari
sudut yang tepat untuk mendapatkan gambar terbaik . Bahkan orang yang naik ke
atas kursi untuk mengabadikan momen tersebut bukan pemandangan yang asing lagi.
Tiba-tiba saya dikejutkan dengan seorang ibu yang menggendong anaknya dan meminta
orang memberi jalan untuk lewat. Karena memang saat itu wisatawan sangat padat
sekali. Sepertinya sang anak terkena
hiportemia, cuaca di sekitar gunung memang sangat dingin maka disarankan
menggunakan jaket tebal dan sarung tangan.
Selesai menikmati pemandangan di penanjakkan satu
bromo. Perjalanan dilanjutkan menuju kawah bromo. Jeep masih menjadi kendaraan
pilihan bagi para wisatawan untuk menjelajahi bromo. Untuk melihat kawah bromo
harus mendaki terlebih dahulu sekitar 250 anak tangga atau mungkin bisa memilih
kuda sebagai tumpangan favorit. Hal ini dikarenakan kendaraan bermotor tidak
bisa menjangkau hingga ke kawah yang berada di puncak. Rasa lelah akibat menaiki 250 anak tangga akan
dibayar tanpa hutang oleh pemandangan yang
didapat ketika mencapai kawah. Kawah gunung bromo ini adalah bentuk dari Gunung
Bromo. Gunung Bromo juga terkenal akan kawasan pasir berbisik yakni lautan pasir
hitam nan luas yang berada disekitar
Kaldera Bromo. Pemandangan ini akan didapat ketika perjalanan menuju Kawah
Bromo dari penanjakan.
Perjalanan dilanjutkan menuju bukit teletubis
dimana disini didapatkan hamparan savana dengan bukit bukit kecil disekitarnya
yang menyerupai bukit di film teletubis.
Area savana ini sangat luas
dengan hamparan rerumputan hijau yang membentang. Pemandangan ini tentu sangat
kontras dengan daerah dekat gunung bromo
yang cenderung berpasir hitam. Gunung
Bromo direkomendasikan bagi orang yang hidup di daerah perkotaan. Karena di
daerah bromo Anda dapat mengirup udara pagi yang segar. Bagaimana Anda tertarik menyapa pagi dari gunung bromo?
Sabina Kin
Comments
Post a Comment