#KFnonfiksi: Tempat Kuliah yang Bermanfaat Untuk Para Penulis
Pukul 8 pagi, di Gedung Kampus Fiksi di daerah Jalan Wonosari, Baturetno, Banguntapan, Bantul, pembukaan acara Kampus Fiksi Edisi Non Fiksi untuk Angkatan 1 dibuka oleh Mas Wahyu selaku MC pada acara hari itu. Kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Mbak Rina dan perkenalan nama 28 peserta, serta penyematan peserta yang diwakilkan oleh Mas Hendra Saputra dan Mbak Intan Daswan melalui penyerahan member card Kampus Fiksi Diva Press. Selanjutnya sambutan dari Pak Edi, dan penutup.
Materi pertama tentang Teknik Kepenulisan oleh Pak Edi Akhiles selaku owner Diva Press dan Kampus Fiksi. Berikut resume yang bisa saya sampaikan:
Non Fiksi bersifat ilmiah, berbasis data, dan analisa. Cirinya hanya satu: ILMIAH. Non Fiksi diwajibkan untuk menggunakan sumber literarur dan jangan sekali-kali mengada-ada sumber literatur. Tulisan berdasarkan internet hanya dijadikan sebagai penunjang, bukanlah sumber literatur.
Unsur dalam tulisan non fiksi mencakup:
1. Ide/Topik/Tema
“Aktual, bergreget, dan penting”, itulah ciri khas yang harus digunakan sebagai ide dari sebuah tulisan. Ide menyodorkan suatu yang unik dan segar untuk menarik agar diterbitkan. Tips dari Pak Edi adalah gabungkan beberapa hal yang tidak berhubungan tapi bisa dihubungkan, carilah benang merahnya, kemudian membangun argumentasi yang logis, dan menghadirkan sebuah wacana.
2. Data (Referensi)
Referensi berupa proses riset/mastering (penguasaan terhadap ide). Hal ini digunakan untuk menopang argumentasi yang kita buat. Tidak diperbolehkan copy-paste, karena berbahaya. Bahayanya adalah [1] berkhianat pada ilmiah, dan [2] membunuh semua pihak. Membunuh semua pihak ini dimaksudkan merugikan penerbit serta penulisnya itu sendiri.
3. Pembukaan
Berupa kutipan/pertanyaan/”provokasi”.
4. Analisa Sistematis
Dalam hal sistematis, penting bagi penulis untuk membuat outline/kerangka penulisan. Yang tidak bisa menggunakan sistematika berpikir biasanya karena tidak menguasai bahan yang disampaikan dan tidak menggunakan pola. Maka dari itu, sangat penting untuk membuat outline.
5. Kesimpulan
Berupa tawaran solusi, penegasan teori, data lapangan, motivasi, atau bahkan pertanyaan.
Setelah kita dapat memahami struktur penulisan non fiksi, barulah kita bisa memulainya. Bagi yang masih agak bingung nih. Mari kita simak tips nulis non fiksi ala Pak Edi Akhiles:
- Ciptakan ide yang unik dan kuasailah dengan riset dan sudut pandang;
- Pertimbangkan idealisme, ceruk pasar, dan kemanfaatannya dalam memilih ide;
- Buatlah abstraksi atau outline (kerangka tulisan);
- Buatlah daftar isi;
- Tentukan segmen pembaca yang dituju;
- Tentukan sumber (referensi) primer. Tambahkan sumber sekunder;
- Petakan pokok permasalahan yang akan dibahas. Pro dan kontra;
- Dudukkan pokok masalah secara objektif, lalu analisis dengan argumentatif (analisis subjektif);
- Penulis harus punya analisis, pandangan;
- Penuhi kaidah buku ilmiah, seperti catatan kaki dan daftar pustaka (dominan buku)
- Tidak boleh merendahkan “lawan” maupun pembaca;
- Penuhi standar penerbit yang dituju.
Materi kedua tentang Teknik Editing oleh Mbak Ayun selaku editor Diva Press. Berikut resume yang bisa saya sampaikan:
Self-editing merupakan membaca ulang karya sendiri sembari memperhatikan keutuhan tulisan dan kelayakan naskah untuk diterbitkan. Self-editing dilakukan guna memperbesar kemungkinan naskah diterima penerbit dan memperkecil kemungkinan kesalahan dalam naskah. Dalam hal merevisi diperlukan landasan mengedit, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan Selingkung (untuk penerbit).
Hal yang perlu diedit adalah:
- Isi/Materi. Segi validitas data, sumber, hal yang tabu, SARA, sarkas/kontroversi. Harus fokus dengan tema/judul tulisan kita, dan jangan sampai melebar!
- Pola Kalimat (SPOK). Harus terdiri dari SP, kurang dari itu disebut frasa. Hindari kalimat ambigu agar tidak membingungkan pembaca.
- Sistematika Penulisan. Sistematis, tidak berbelit-belit, dan jangan dipanjang-panjangkan.
- Diksi. pilihlah diksi yang “diakui” oleh KBBI, dan jangan membuat istilah sendiri, serta perhatikan tanda baca dan huruf kapital
Adzan dzuhur berkumandang. Istirahat, sholat, dan makan pun dilakukan sebelum melanjutkan ke materi sebelumnya.
Materi ketiga adalah Praktik Menulis yang dimentori oleh Tim Mentor. Pada praktik menulis kali ini kami disuruh untuk membuat opini dengan opsi tema sebagai berikut:
- Asyiknya Traveling Pertama Kali
- Jangan Menyerah, Allah-lah yang Akan Menolong dan Mengajarimu Caranya Bangkit
- Cara Bersikap di Media Sosial
- Fenomena Remaja Masa Kini
Saya sendiri memilih tema nomor satu dengan judul tulisan “Traveling? Siapa Takut!”. Waktu yang diberikan untuk menulis ada dari pukul 1 siang hingga 4 sore. Berikut dokumentasi saat kami melakukan praktik menulis:
Usai praktik menulis, kami kembali diberikan waktu istirahat hingga pukul setengah 8 malam. Kami lakukan untuk makan, mandi, sholat, mengobrol, dan berbagi cerita satu sama lain, bahkan ada yang nonton maupun tidur.
Pukul setengah 8 malam, kami kembali berkumpul untuk Evaluasi Karya yang akan dimentori oleh mentornya masing-masing. Saya beserta 4 teman saya yang lain dimentori oleh Pak Rusdi.
Dari beliau saya mendapatkan banyak pelajaran bahwa tulisan saya masih banyak EYD yang belum sempurna, dan tulisan saya pun belum dikategorikan sebagai opini, lebih kepada menarik pembaca agar melakukan traveling. Tetapi menurut beliau, tulisan saya sudah sistematis sehingga perlu dipertahankan.
Materi selanjutnya adalah Teknik Meresensi Buku yang disampaikan oleh Pak Hendra Sugiantoro. Berikut resume yang bisa saya sampaikan:
Meresensi buku adalah membicarakan, menggambarkan, mengulas, menilai, menimbang, membandingkan dengan referensi buku lain dengan tema serupa, dan atau mengkritik secara konstruktif isi dari sebuah buku. Intinya adalah mengabarkan buku kepada khalayak.
Unsur Resensi:
- Judul Resensi. Buatlah judul yang berkaitan dengan pokok bahasan, serta membangkitkan minat dan perhatian pembaca dan atau redaktur.
- Data Buku. Meliputi judul buku, penulis, penerbit, cetakan dan bulan dan atau tahun terbit, jumlah halaman buku, ISBN, dan harga buku.
- Isi Resensi. Bisa berupa deskriptif yang membahas isi buku secara rinci per bab, bisa juga berbentuk ulasan dengan metodologi ilmu pengetahuan serta menilai isi buku secara kritis dan objektif, dan bisa juga hanya menyampaikan isi buku secara singkat dan umum.
- Penutup Resensi.
Dan rangkaian acara pada hari pertama pun selesai dengan berakhirnya materi dari Pak Hendra Sugiantoro. Pukul 10 malam kami dipersilakan untuk istirahat di kamar masing-masing. Sayangnya, saya beserta teman sekamar saya tidak langsung istirahat, melainkan foto-foto, hehe.
21 Desember 2014
Pukul 8 pagi, setelah mengantre mandi, sarapan, dan foto-foto, hahaha, rangkaian acara pada hari kedua pun dimulai. Materi pertama pada hari kedua adalah mengenai Keredaksian yang disampaikan oleh Mba Munnal selaku sekretaris Diva Press. Berikut resume yang saya sampaikan:
Pada materi kali ini, Mbak Munnal menjelaskan tentang tata cara pengiriman naskah ke Diva Press. Berikut adalah tata caranya:
- Untuk naskah fiksi, naskah harus disertai dengan sinopsis yang dibuat dalam file terpisah. Sinopsis tidak perlu panjang-panjang, hanya 1-2 halaman. Intinya adalah ringkasan cerita. Naskah fiksi dbagi dua kategori, yaitu naskah dewasa dengan syarat 250-400 halaman dan naskah teenlit dengan syarat 120-180 halaman. Format kertas A4, spasi ganda, Times New Roman 12 pt, top 4 bottom 3 left 4 right 3.
- Untuk naskah nonfiksi, naskah harus disertai daftar isi serta uraian keunggulan naskah yang ditawarkan yang dibuat dalam file terpisah. Uraian keunggulan naskah ini mencakup pembeda naskah yang satu dengan yang lain, memberikan nilai keunggilan, dan menyajikan poin sebagai nilai jual naskah. Batas jumlah halaman adalah 150-250.
- Naskah dikirim via email dengan format judul: Penawaran Naskah + Judul Naskah (Kode naskah). Contoh: Penawaran Naskah “Speeschless” (Teen). Kirim ke redaksi_divapress@yahoo.com dan sekred.divapress@gmail.com. Disarankan kirim ke alamat gmail atau kedua-duanya untuk menghindari apabila email tidak terkirim karena erornya media email tersebut. Atau bisa juga kirim via pos dengan judul ditulis di sudut amplop sebelah kanan dengan format seperti di atas. Contoh: Penawaran Naskah “Membaca Kepribadian Cewek dan Cowok” (U)
- Untuk kode naskah dibagi sebagai berikut: U (Umum), Ag (Agama Islam), An (Anak), Teen (Buku remaja dan novel teenlit), Nv (Novel, selan teenlit), Kes (Kesehatan), Sospol (Sosial politik), dan Parenting (Ilmu parenting)
Mbak Munnal juga menjelaskan apabila kita meresensi buku atas buku-buku terbitan Diva Press yang dimuat di media cetak, seperti koran atau majalah, akan mendapatkan keuntungan 100 ribu dengan syarat di scan dengan resolusi yang tidak dapat membuat gambar pecah dan dikirim ke Diva Press. Kita juga akan mendapatkan dua eksemplar buku baru terbitan Diva Press.
Sementara apabila kita membeli buku Diva Press dan terdapat kecacatan, disarankan untuk dikembalikan ke Diva Press. Sebagai gantinya Diva Press akan menggantikan buku tersebut dengan kualitas yang bagus dan bonus satu buku baru.
Lebih lengkapnya kalian bisa kunjungi blogdivapress.com.
Materi selanjutnya adalah mengenai kaidah formal menulis buku yang disampaikan oleh Pak Rusdi dan kawan-kawan. Berikut resume yang bisa saya sampaikan:
Pada materi kali ini disampaikan tentang apa yang bisa ditulis berdasarkan kategori pemasaran. Berikut kategori pemasarannya:
- Agama Islam. Bisa berupa pengetahuan umum, pengetahuan populer, agama Islam praktik sehari-hari, motivasi Islam, agama Islam remaja, dan filsafat Islam;
- Sospol. Bisa berupa biografi tokoh sospol ataupun undang-undang. Kalau bisa menggunakan tema yang sensitif momen;
- Umum. Bisa berupa pengetahuan umum, psikologi, motivasi umum, motivasi remaja, budaya, dan kisah inspiratif;
- Kesehatan. Bisa berupa pengobatan alternatif untuk berbagai macam penyakit;
- Parenting. Bisa berupa masalah umum yang dihadapi orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak;
- Anak. Bisa berupa gambar-gambar yang menarik perhatian anak-anak untuk membacanya.
Penyajian agar tulisan menarik adalah sebagai berikut:
- Pembahasan harus fokus pada tema
- Pembahasan harus sistematis
- Keterkaitan pembahasan antar paragraf dan antar bab
- Penyajian enak dibaca dan mudah dimengerti
- Tidak ada pengulangan pembahasan
- Ada unsur pengetahuan dan aplikasinya
- Isi naskah bukan kliping
- Apabila ingin memberi gambar, hanya gambar yang diperlukan saja dan disimpan di folder gambar dengan format JPEG (dimensi lebih pesar dari 1000×1000 px)
- Tidak plagiat
Materi berikutnya adalah pengetahuan pasar buku yang disampaikan oleh Mas Indra Gunawan atau biasa disapa Mas Aconk. Berikut resume yang bisa saya sampaikan:
Pada materi kali ini, jujur saja, saya tidak bisa menyampaikannya secara penuh. Karena—mohon maaf— saya merasa ngantuk sekali dan akhirnya saya ketiduran sehingga saya tidak menyimak dengan baik tentang materi yang Mas Aconk sampaikan (Maaf Mas Aconk, bukan maksud saya tidak menghargaimu :”().
Intinya, yang saya tangkep sebelum saya terjun ke dunia mimpi adalah, untuk mengetahui pemasaran buku, kita harus sering-sering datang ke toko buku dan memperhatikan buku mana yang dikerubungi atau diminati oleh para pembaca. Atau bisa juga kita memperhatikan buku-buku yang terpampang di display. Dengan begitu kita bisa mengetahui buku mana yang saat ini sedang diminati oleh para pembaca. Info lebih lanjut kalian bisa bertanya pada Mas Aconk dengan CP aconkmilano@gmail.com atau twitternya @quinta_revana.
Pukul 12 siang, kami istirahat, sholat, dan makan. Pukul 1, kami kembali melanjutkan acara dengan materi Kiat Menembus Media yang disampaikan oleh Pak Jayadi selaku redaktur KSH Kedaulatan Rakyat. Berikut resume yang bisa saya sampaikan:
Tulisan tidak dimuat seringkali bukan karena tulisan kurang berkualitas, tetapi justru dari asumsi-asumsi dan pemahaman yang keliru tentang media bersangkutan. Pemahaman-pemahaman yang keliru tentang media adalah sebagai berikut:
- Satu media dengan media lain dianggap sama sehingga jumlah kata/karakter materi tulisan kurang diperhatikan;
- Penulis (pemula) mendikte media;
- Penulis mengancam media;
- Menulis tidak sesuai kapasistas dan disiplin ilmu;
- Penulis tidak bisa menjaga irama pengiriman;
- Kenal redaktur ada anggapan jaminan dimuat. Padahal ‘tiket’ dimuat sebenarnya adalah kualitas karya itu sendiri, bukan soal kenal atau tidak dengan redaktur;
- ‘Membeli’ media dengan niatan akan memborong majalah/koran apabila tulisan dimuat);
- Mengirim tulisan terlalu mepet waktunya;
- Satu tulisan yang sama dikirim ke beberapa media;
- Mengirim materi tidak sesuai persayaratan yang dikehendaki media;
- Penulis rata-rata inginnya instan dan tidak tahan proses;
- Dll
Ada sejumlah rahasia yang selama ini memang jarang dibuka redaksi. Ingin tahu rahasia itu?
- Karakter Media. Cermati visi, misi, rubrikasi media yang akan ditembus. Bagi media, tulisan apapun bentuknya, bagi pembaca, sekali baca dapat dimengerti. Kesalahan umum yang terjadi adalah menulis untuk diri sendiri, bukan untuk pembaca!
- Aktualitas. Segala sesuatu yang baru akan menjadi bahan pembicaraan khalayak/masyarakat. Menulis yang aktual, melawan arus, pro-kontra, menyimpang, dan memberi solusi.
- Berkualitas. Mencakup segi isi/materi yang berkualtas, judul yang menarik, struktur tulisan, keterbacaan, padat, komunikatif, argumentatif, logis, dan menawarkan solusi. Ingat space!Berkualtas baik dari segi tata bahasa, diksi, tanda baca, dan ejaan.
Materi selanjutnya sekaligus materi terakhir adalah State of Mind yang disampaikan oleh Pak Edi Akhiles.
Sebelum kami datang ke acara ini, beberapa minggu sebelumnya kami disuruh mengirimkan beberapa pertanyaan mengenai problematika saat kita menulis ke email Kampus Fiksi. Pada materi kali ini, Pak Edi akan memberikan jawaban-jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan. Berikutresume jawaban yang bisa saya sampaikan:
- Agar tidak keluar dari topik, buatlah outline!
- Yang diperlukan saat menulis adalah menekankah sebuah teori atau memasukkan pertanyaan baru
- Bantuan coret-coret sebelum memulai menulis sangatlah berguna
- Rentan banget terjadi kekurangan bila tidak memakai outline
- Tidak masalah dengan kaidah penulisan asalkan segmennya tepat
- Jangan mengubah pokok yang ada di ouline, karena akan menyebabkan cerita tidak selesai-selesai
- Penulis yang merasa tulisannya tidak bagus adalah: [1] penguasaan terhadap ide rendah, [2] passion rendah, dan [3] tidak menggunakan outline
- Alat bantu karakter tokoh harus ditulis, seperti: Stefani suka bilang ‘ish’ atau Stefani suka minum green tea
- Penulis harus memiliki tabungan ide, dan menulislah pada saat sudah menguasai ide
- Gaya bahasa tulisan tergantung pada segmen yang dituju
- Jika tidak menguasai tema dari suatu lomba maka lakukanlah penguasaan sehingga munculchemistry terhadap tema tersebut
- Sumber dari internet tidak boleh lebih banyak dibandingkan sumber dari buku
- Cari referensi sesuai fokus yang kita tuliskan
- Lakukan self-editing setelah diendapkan kurang lebih 1-2 hari
- Jangan jadi deadliner karena tidak punya banyak waktu untuk self-editing
- Pelatihan memang penting, tetapi follow-up lebih penting!
- Karya berikutnya harus lebih berkelas dari karya sebelumnya
- Naskah tulisan nomor dua. Nomor satunya adalah attitude penulis.
Selanjutnya kami diberikan waktu istirahat hingga pukul 8 malam. Kami habiskan waktu untuk mengobrol, bercanda senda gurau, bahkan jalan-jalan. Saya bersama dua teman saya mengisi waktu luang dengan menikmati pemandangan di sekitar Kampus Fiksi.
Malam harinya, pukul 8 malam. Acara penutup pun dilakukan dengan penyampaian kesan dan pesan pertama oleh Pak Edi selaku owner Kampus Fiksi.
Kemudian dilanjutkan dengan kesan dan pesan dari peserta yang diwakilkan oleh Pak Sinyo, Mbak Dewi, Mas Furqon, dan Zulfa (saya sendiri).
Selanjutnya ada pemberian sertifikat kepada peserta yang diwakilkan oleh Mbak Puspita RM dan Mas Yose.
Kemudian ada penayangan video dari panitia yang sungguh kece dan lucu sekali dengan editannya yang amat jenaka. Dengan berakhirnya penayangan video tersebut, maka berakhirlah segala rangkaian acara Kampus Fiksi Edisi Non Fiksi pada tanggal 20-21 Desember 2014. Eits, ada yang kurang ding. Sesi foto bersamaaaa
Sekian review yang bisa saya sampaikan mengenai acara Kampus Fiksi Edisi Non Fiksi Angkatan 1 pada tanggal 20-21 Desember 2014. Saya tegaskan, bukannya saya ingin pamer kepada kalian, tetapi saya hanya ingin berbagi pengalaman, sekedar sharing agar kalian mendapatkan ilmu yang bermanfaat seperti yang saya dapatkan ketika saya mengikuti kuliah di Kampus Fiksi kemarin.
Semoga bermanfaat
Ditulis oleh Zulfa Azkia
Yogyakarta, 24 Desember 2014
Btw , kok gak ngajak2 yah :v ?
ReplyDeletekayaknya asik banget , coba yang ikut banyak :v
wah mantap mba review nya...salam kenal mba. Saya Irfan (KF Non Fiksi Angkatan 2 kemaren)...
ReplyDeleteNemu ini, jadi kangen... hehe
ReplyDeleteBagus tulisannya Zulfa.. :)