Warna Empat Negeri Pemberontak
Lagi, tetapi sekarang dengan lantunan yang agak berbeda serta dengan termin yang lebih banter dari sebelumnya. Suara iqomat -lah yang membangunkan Abrar kali ini. Gubuk Abrar memang tidak jauh dari langgar –tempat di mana warga kampung biasa menyembah Sang Pemilik Jagad Raya-. Setelah iqomat selesai, tidak ada suatu gerakan pun yang dilakukan oleh Abrar –terkecuali gerakan perutnya yang mengembung lalu mengempis, begitu pun seterusnya-. Seorang berwajah keriput pun membangunkan Abrar, memecahkan segala lamunan mengenai peristiwa yang barusan terjadi. Serasa meninggalkan sesuatu yang Abrar semayami selama ini, jiwanya lucut entah kemana. Berat otak Abrar dengan pertanda ini. Dua rakaat Abrar tertinggal, hasil dari semua itu, seseorang menepuk pundak kanannya sehingga Abrar harus melantangkan suaranya lebih keras lagi. Ditengokkanlah kepalanya ke arah kiri sambil mengucap pelafalan dalam bahasa Arab, pertanda apa yang menjadi kewajibannya telah dilaksanakan. Sembari me